Perjalanan Inter Miami di ajang Piala Dunia Antarklub 2025 berakhir pahit. Menghadapi Paris Saint-Germain di babak 16 besar, skuad Herons kalah telak 0-4 dan harus angkat koper lebih awal. Pertandingan yang digelar di Mercedes-Benz Stadium, Rabu (2/7) pukul 07.00 WIB, memperlihatkan betapa jauhnya jarak kualitas antara kedua tim.
Lionel Messi, yang sebelumnya diharapkan mampu menjadi pembeda, justru tidak mampu menginspirasi timnya. Mantan bintang PSG itu tampak terisolasi sepanjang laga. Beberapa kali ia mencoba menciptakan peluang, tetapi minimnya pergerakan dan suplai dari rekan setim membuat usahanya tidak membuahkan hasil.
Miami Tak Mampu Mengimbangi
PSG langsung mencetak gol di menit ke-5 lewat sundulan Joao Neves. Gol ini menjadi awal dari kehancuran Inter Miami. Kesalahan Maxi Falcon dalam membaca pergerakan bola membuat Neves bisa menyelinap dan menyundul bola tanpa pengawalan. Setelah itu, tekanan terus datang tanpa henti.
Menit ke-45+6, Neves mencetak gol kedua setelah Busquets kehilangan bola di area berbahaya. Dalam waktu singkat, PSG menyusun serangan cepat yang diakhiri dengan gol mudah ke gawang Oscar Ustari. Dua gol tambahan datang melalui gol bunuh diri Tomas Aviles dan penyelesaian mudah dari Achraf Hakimi. Jelang jeda, skor 4-0 membuat pertandingan nyaris selesai lebih awal.
Masuk ke babak kedua, PSG melakukan rotasi pemain. Mereka menurunkan tempo permainan, tetapi Inter Miami tetap kesulitan membangun serangan. Messi sempat mengancam melalui satu tendangan keras, namun Donnarumma berhasil menepisnya. Selebihnya, tidak ada ancaman serius dari tim Amerika Serikat itu.
PSG Terlalu Tangguh
Inter Miami memang berhasil lolos dari fase grup, tapi menghadapi PSG adalah tantangan yang berbeda. Tim asuhan Luis Enrique tampil dengan kedalaman skuad dan kekuatan fisik yang jauh lebih unggul. Mereka tidak hanya mendominasi penguasaan bola, tetapi juga menekan dari awal hingga akhir pertandingan.
Di lini tengah, Federico Redondo dan Sergio Busquets kesulitan mengimbangi kecepatan dan intensitas permainan PSG. Tidak ada ruang untuk membangun serangan secara terstruktur. Keputusan memainkan pemain seperti Weigandt dan Falcon di posisi penting terbukti tidak efektif menghadapi lawan sekelas Kvaratskhelia dan Barcola.
Mascherano punya pekerjaan rumah besar setelah kekalahan ini. Pertahanan yang rapuh dan minimnya pergerakan tanpa bola menunjukkan bahwa tim ini belum siap untuk bersaing di level tertinggi dunia. Walau hasil ini pahit, Inter Miami bisa menjadikannya sebagai pelajaran besar untuk menata ulang ambisi ke depan.