Amorim Senang tapi Geram: Manchester United Masih Suka Buat Hidup Sendiri Sulit

Amorim Senang tapi Geram: Manchester United Masih Suka Buat Hidup Sendiri Sulit

Manchester United berhasil mengalahkan Chelsea dengan skor tipis 2-1 di Old Trafford. Kemenangan ini datang di momen yang tepat, saat tekanan mulai menggunung di ruang ganti. Para pendukung pun bersorak lega karena tim akhirnya mampu mengamankan poin penuh setelah serangkaian hasil kurang meyakinkan.

Namun, reaksi pelatih Ruben Amorim justru menunjukkan hal berbeda. Bukannya larut dalam euforia, ia terang-terangan mengaku frustrasi. Menurutnya, tim tidak pernah belajar untuk menjaga kendali. Setiap kali mereka unggul, selalu saja ada kesalahan yang membuka jalan bagi lawan untuk bangkit. Baginya, ini seperti pola berulang yang bisa menghambat perkembangan tim sepanjang musim.

Awal Pertandingan yang Membakar Stadion

Meski kecewa dengan sikap ceroboh para pemainnya, Amorim tetap memberi pujian pada cara United memulai laga. Dari menit pertama, mereka tampil menekan dengan intensitas tinggi. Serangan cepat dan pressing agresif membuat Chelsea kewalahan. Tekanan tersebut bahkan memaksa kiper Robert Sanchez melakukan pelanggaran yang berujung kartu merah.

Gol-gol yang datang tak lama setelah itu menyalakan semangat tribun Old Trafford. Atmosfer stadion benar-benar membara, menciptakan dorongan tambahan untuk tim tuan rumah. Bagi Amorim, inilah bukti bahwa ketika United berani bermain berani sejak awal, hasil positif akan mengikuti. Sayangnya, keunggulan itu justru ternodai oleh kelengahan dan kartu merah dari pemainnya sendiri, sesuatu yang menurutnya bisa dihindari.

Menatap ke Depan dengan Waspada

Rasa puas tidak boleh membuat skuad lengah, itulah pesan utama Amorim usai pertandingan. Ia mengingatkan para pemainnya bahwa satu kemenangan besar tidak berarti apa-apa bila tidak diikuti hasil positif berikutnya. United punya catatan buruk musim lalu: gagal meraih kemenangan beruntun di liga. Amorim kini menantang timnya untuk mematahkan kutukan itu saat berhadapan dengan Brentford pekan depan.

Ia menekankan bahwa tim sebesar United tidak bisa hanya menikmati hasil bagus sesaat. Konsistensi dan mentalitas juara harus ditunjukkan di setiap pertandingan. Menurutnya, satu-satunya cara untuk kembali bersaing di papan atas adalah menjaga urgensi dan tidak cepat merasa puas. Dengan jadwal padat di depan mata, manajemen fokus akan jadi faktor penentu.

Chelsea Tumbang, Maresca Angkat Bicara

Chelsea meninggalkan Old Trafford dengan wajah muram. Pelatih Enzo Maresca terlihat gusar usai menyaksikan timnya bermain dengan sepuluh orang sejak menit-menit awal. Menurutnya, kartu merah untuk Robert Sanchez benar-benar merusak rencana besar yang sudah disusun sebelum laga.

Maresca tidak segan menyebut bahwa kondisi tersebut membuat pertandingan praktis berjalan tidak seimbang. Bermain hampir sepanjang laga dengan kekurangan satu pemain, apalagi di level Premier League, adalah tantangan yang nyaris mustahil untuk ditaklukkan. Ia menilai bukan kualitas tim yang jadi masalah utama, melainkan situasi yang sudah tidak lagi normal setelah insiden itu.

Lebih jauh, Maresca mengisyaratkan bahwa ia akan lebih bisa menerima jika tim kebobolan lebih dulu ketimbang harus kehilangan kiper di awal laga. Baginya, defisit satu gol masih bisa dikejar dengan taktik yang sudah disiapkan. Namun bertanding 95 menit dengan jumlah pemain yang timpang membuat semua rencana buyar.

Meski sempat memberikan perlawanan dan memperkecil selisih skor, Chelsea akhirnya tidak mampu mengubah jalannya pertandingan. Maresca pun menekankan bahwa pekerjaan rumah terbesar setelah kekalahan ini adalah membangkitkan kembali mental para pemain. Ia sadar bahwa musim masih panjang, dan kehilangan fokus di titik awal bisa berdampak pada seluruh perjalanan tim ke depan.