PSSI Akhiri Era Patrick Kluivert di Timnas Indonesia

PSSI Akhiri Era Patrick Kluivert di Timnas Indonesia

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) resmi memutus kerja sama dengan Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia pada pertengahan Oktober 2025. Keputusan ini diambil setelah evaluasi menyeluruh terhadap performa tim di babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menyambut baik langkah PSSI tersebut dan mendorong federasi untuk segera fokus pada program pengembangan sepak bola nasional.

Menurut Lalu, keputusan pemecatan Kluivert menjawab keresahan publik terhadap hasil-hasil Timnas di bawah asuhan pelatih Belanda itu. “Sekarang saatnya PSSI melanjutkan roadmap yang sudah dibuat. Mari move on dan fokus ke masa depan sepak bola Indonesia,” ujarnya. Komisi X pun menegaskan akan terus mengawasi implementasi program jangka panjang untuk memastikan Timnas siap menghadapi kompetisi mendatang.

Perpisahan Mutual dan Dampak Langsung

Meski kontrak Kluivert masih berlaku hingga Januari 2027, kedua pihak sepakat mengakhiri kerja sama lebih awal melalui mekanisme mutual termination. PSSI menyebut keputusan ini didasarkan pada evaluasi internal serta arah strategis pembinaan Timnas ke depan. Bersamaan dengan itu, pelatih Timnas U-23, Gerald Vanenburg, juga ikut diberhentikan.

Langkah ini berarti seluruh tim kepelatihan sebelumnya tidak lagi menangani level senior, U-23, maupun U-20. PSSI menekankan bahwa pemecatan bukan sekadar reaksi atas hasil buruk, melainkan bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap program pembinaan dan pengembangan sepak bola nasional.

Catatan Singkat Masa Jabatan Kluivert

Patrick Kluivert hanya memimpin Timnas Indonesia dalam delapan laga, termasuk pertandingan kompetitif dan uji coba. Statistik menunjukkan performa tim yang inkonsisten: tiga kemenangan, satu hasil imbang, dan empat kekalahan. Tim Garuda mencetak 11 gol, namun kebobolan 15 kali, dengan persentase kemenangan hanya 37,5%.

Kemenangan terbesar terjadi saat Indonesia menang 6-0 atas Taiwan, namun hasil itu tidak mencerminkan tantangan yang sesungguhnya di level Asia. Sebaliknya, kekalahan telak 0-6 dari Jepang dan dua kekalahan beruntun dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1) menjadi sorotan utama yang memicu evaluasi besar. Performa yang naik-turun ini menjadi alasan utama PSSI mengambil keputusan pemecatan.

Mencari Pemimpin Baru untuk Timnas

Nama besar Kluivert dan pengalaman internasionalnya ternyata belum mampu menyelaraskan filosofi permainan modern dengan hasil di lapangan. Dengan catatan performa yang tidak konsisten, PSSI kini dihadapkan pada tugas mencari pengganti yang bisa membawa Timnas Indonesia lebih stabil dan kompetitif.

Publik menaruh harapan besar bahwa pelatih berikutnya dapat menciptakan keseimbangan antara strategi, penguasaan bola, dan efektivitas mencetak gol. Setelah era singkat Kluivert berakhir, perhatian kini tertuju pada pengembangan jangka panjang, agar Timnas Indonesia dapat bersaing lebih baik di kompetisi internasional mendatang.