Manchester United akhirnya bergerak cepat di bursa transfer untuk mengatasi krisis produktivitas gol yang mereka alami musim lalu. Nama yang menjadi pilihan utama mereka kali ini adalah Benjamin Sesko, striker muda berbakat milik RB Leipzig.
Pemain asal Slovenia itu kabarnya tinggal selangkah lagi menuju Old Trafford. Proses medis dan pengumuman resmi menjadi tahapan akhir sebelum kepindahannya dikonfirmasi publik.
Kombinasi Fisik dan Kecepatan yang Jarang Dimiliki Striker Muda
Dengan tinggi badan mendekati dua meter, Sesko mampu mendominasi duel-duel udara dengan mudah. Keunggulan fisik inilah yang membuatnya terlihat cocok untuk atmosfer keras Premier League.
Namun yang membuatnya lebih menarik adalah kecepatan lari yang mencengangkan. Ia pernah mencatat 35,7 km/jam, mendekati rekor tercepat di Bundesliga musim lalu.
Angka itu setara dengan beberapa winger eksplosif seperti Martinelli dan tak terpaut jauh dari Erling Haaland. Kombinasi tinggi dan kecepatan menjadikannya sangat sulit dikawal oleh bek lawan.
Ledakan akselerasinya sering menciptakan celah dalam pertahanan lawan. Baik saat menerima umpan panjang maupun ketika mencari ruang tembak di luar kotak penalti.
Transformasi Gaya Bermain di RB Leipzig
Saat pertama kali bergabung dengan RB Leipzig pada 2023, Sesko dikenal sebagai predator kotak penalti. Ia mencetak 14 gol di musim debutnya, menunjukkan naluri tajam sebagai finisher.
Namun musim berikutnya, ia mulai berkembang lebih fleksibel. Sesko kini kerap turun ke lini tengah, berkontribusi dalam build-up serta membuka ruang untuk rekan setim.
Meski jumlah golnya turun sedikit menjadi 13, kontribusi keseluruhannya justru meningkat. Ia tidak lagi hanya mengandalkan kaki kanan, melainkan mencetak gol dengan kepala dan kaki kiri juga.
Data menunjukkan 25 gol non-penalti yang ia cetak berasal dari berbagai situasi. Ini membuktikan adaptasinya terhadap berbagai kebutuhan taktik tim.
Ruang untuk Tumbuh dan Tantangan Konsistensi
Meski penuh potensi, Sesko tetap belum sepenuhnya matang. Inkonsistensi menjadi masalah utama yang sempat muncul di musim terakhirnya di Jerman.
Ada periode ia mencetak 7 gol dalam 8 pertandingan, lalu tiba-tiba hanya mencetak satu gol dalam 10 laga berikutnya. Ini menunjukkan fluktuasi performa yang masih cukup tinggi.
Statistik Expected Goals juga menandakan bahwa penyelesaian akhir Sesko terkadang melebihi ekspektasi. Gol-gol indahnya dari luar kotak penalti tidak selalu bisa diulang secara konsisten.
Namun di usia 22 tahun, ia masih punya banyak ruang untuk berkembang. Jika mampu meningkatkan ketajamannya secara rutin, Sesko bisa jadi salah satu striker elit Eropa di masa depan.
Responses (13)
Comments are closed.